Psikologi?
Psikologi adalah kata magis. Tentu tak semagis simsalabim atau abrakadabra seperti mantra sulap anak kecil. Psikologi lebih dari itu. Memang tidak ada yang menyebutnya 'sophisticated magic' atau 'intellectual magic', atau bahkan Anda paling bahkan tidak berani menyebutnya sebagai 'magic', kecuali Anda siap dicap primitif.
Tapi percayalah, banyak orang menganggap psikologi sebagai sebuah cara yang 'misterius', kalau bukan magis, bagi semua bidang kehidupan agar dapat berjalan. Semua orang menggunakan psikologi dalam hidupnya: untuk berteman, menjual barang, mendidik anak, memelihara jalan hidup orang dewasa, atau mencegah seorang pengendara sepeda motor yang menyalakan lampu sign kiri untuk berbelok ke kanan.
Ada pula yang beranggapan bahwa psikologi adalah cara mengetahui secara komplit tentang pikiran, atau sebagai cara menyinari pikiran orang lain dengan sinar-x yang menembus kepala untuk memotret pikiran, keinginan, atau rahasia terdalamnya. Yang lain menghubungkan psikologi dengan kekuatan seseorang untuk mengendalikan orang lain seperti halnya hipnotis. Lebih rumit lagi, ada pula yang memakai istilah 'momen psikologis' atau 'psikologi dari suatu peristiwa'
'Common sense' versus Psikologi
Banyak orang yang menganggap psikologi tak lebih dari sekedar'common sense' belaka. Ini tak sepenuhnya benar, bila yang kita maksudkan sebagai 'common sense' adalah semata-mata sebagai hal-hal yang dipercayai orang banyak. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata sepertiga responden mahasiswa beranggapan bahwa ukuran, bentuk dan tonjolan kepala seseorang mengindikasikan karakternya, dan bahwa inteligensia seseorang dapat diestimasikan dengan mengamati bentuk mukanya. Lebih jauh lagi, seperempat responden mahasiswa berpendapat bahwa pemikiran seorang calon ibu dapat mempengaruhi karakter bayi yang dikandungnya kelak setelah lahir. Seperlima responden menganggap bahwa laki-laki lebih pintar daripada pria, dan anak-anak yang dilahirkan oleh sepupu pertama selalu lemah pikiran. Meskipun hal-hal tersebut termasuk anggapan-anggapan yang lumrah, tetapi dari sudut pandang keilmuan adalah keliru. Anggapan-anggapan yang bersifat umum, atau common sense, tidak selamanya benar. Kebenaran tidak tergantung pada penilaian mayoritas. Demikian pula psikologi, sama sekali bukan sekumpulan cerita-cerita tua yang dipercaya secara umum oleh kebanyakan orang.
Adapun beberapa perbedaan penting antara common sense dengan psikologi, di antaranya:
Common sense didasarkan atas observasi yang kurang kritis. Misalnya: karena beberapa penjahat selalu menghindari tatapan tidak berarti bahwa tiap orang yang menghindari tatapan mata adalah tidak jujur. Penelitian justru menunjukkan bahwa hal itu kebanyakan adalah malu dan bukan ketidakjujuran yang menyebabkan seseorang menghindari tatapan mata. Sehingga dalam hal ini, common sense hanya mendasarkan pada observasi yang kurang memadai. Sebaliknya, psikologi mempelajari semua tahapa masalah sebelum menyimpulkannya.
Common sense langsung melompat ke kesimpulan. Misalnya: seseorang yang menolak untuk berbicara pasti bersalah. Anggapan ini adalah hal yang umum, dan tentu saja sebagian adalah benar. Namun menyimpulkan bahwa anggapan itu selalu tepat adalah tidak pas, karena harus dipertimbangkan juga faktor-faktor lain agar tidak menghalangi batasan-batasan ilmiah. Psikologi mempergunakan metode ilmiah yang meprasyaratkan bahwa pengambilan kesimpulan harus ditunda sampai fakta-fakta kuat telah tersaji secara jelas dan meyakinkan.
Common sense berlaku atas dasar prasangka. Dugaan bahwa pria lebih menyukai wanita pirang, atau wanita berambut merah gampang marah tentu dapat diterima bagi pria yang memiliki pengalaman yang lebih menyenangkan dengan wanita berambut pirang dan tidak mengenakkan dengan yang berambut merah. Seringkali secara berlebihan emosi seseorang mewarnai kesimpulan atas suatu hal sehingga kebenaran yang sesungguhnya justru menjadi kabur. Bias-bias penilaian tersebut tentu tidak bisa ditoleransi apabila seseorang bermaksud berpikir secara ilmiah.
Common sense tidak terorganisir. Common sense biasanya terdiri atas pernyataan-pernyataan terputus atau penalaran yang terkotak-kotak, sehingga akan menjadi tidak tepat apabila kita melihatnya dengan pandangan yang lebih menyeluruh atau meletakannya dalam gambaran yang lebih besar dan lengkap.
Common sense sering hanya memilih hal yang lebih layak atau masuk akal. Akan tetapi ukuran 'masuk akal' sendiri justru adalah hal yang relatif dan bersyarat. Apakah yang dikategorikan sebagai 'masuk akal' adalah bagi Anda, bagi saya, bagi seseorang, bagi ilmuwan yang telah meneliti dan menelaah secara mendalam dan menganalisis dari beberapa sudut pandang. Apa yang tampak masuk akal bagi seseorang belum tentu masuk akal bagi orang lain. Psikologi (ilmiah) selalu berusaha untuk menentukan hal-hal yang masuk akal hanya melalui pengalaman banyak orang secara konsisten.
UTP, Jkt 06/04/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar